Derita anak di sekolah bukan berarti anak mengalami penderitaan di sekolah. Itu hanya ungkapan saya untuk menggambarkan anak yang tidak enjoy di sekolah. Mengapa menggunakan kata derita? Untuk menarik perhatian orang agar terdorong bersama-sama menciptakan pembelajaran yang fun sehingga anak betah dan antusias belajar di sekolah.
Derita anak di sekolah bisa berupa:
1. Anak Lelah
Jam belajar yang panjang dari pkl 07.00-15.00 belum lagi masih ditambah dengan kegiatan ekstra kurikuler di sore hari dan les di malam hari menguras stamina anak. Anak mengalami kelelahan fisik (badan) dan mental (pikiran).
2. Anak Stres
Banyaknya pelajaran yang harus dikuasai anak dan tuntutan agar anak mendapatkan nilai bagus di semua pelajaran (harus diatas nilai ketuntasan) memberikan tekanan dan beban yang berat bagi anak.
3. Anak Bosan
Banyak pelajaran yang masih berorientasi pada hafalan bukan berpikir (mengembangkan kemampuan analisis, kritus, sintesis dan kreatif) menjadikan anak bosan karena melakukan pengulangan dalam porsi yang banyak.
4. Anak Bingung
Pelajaran yang masih didominasi oleh teori, kurang praktis menjadikan pelajaran tidak relevan (sesuai) dengan kehidupan sehari-hari anak. Anak menjadi bingung untuk mengaplikasikan pelajaran di sekolah pada dunia nyata.
5. Anak Malas
Guru yang mengajar kurang kreatif, bertampang killer atau galak (tidak ramah), asyik dengan dirinya sendiri saat mengajar berdampak pada antusiasme anak dalam mengikuti pelajaran. Mereka menjadi malas, jika guru tidak melibatkan mereka saat kegiatan belajar mengajar terjadi.
Apa yang harus kita lakukan untuk mengakhiri ke-5 penderitaan di atas?
Ada banyak hal yang bisa dilakukan oleh guru untuk mencegah agar derita anak tidak terjadi di sekolah, diantaranya:
1. Memberi anak kesempatan untuk refreshing di sela-sela panjangnya waktu belajar
2. Menilai anak tidak hanya darr nilai pelajarannya tapi juga sikapnya
3. Mengurangi hafalan, menambah pemahaman
4. Menantang siswa untuk berpikir dengan sering mengajukan pertanyaan
5. Memberi contoh aplikasi/penerapan nyata dari setiap pelajaran
6. Mengajar dengan kreatif atau menggunakan multi style
7. Melibatkan siswa dalam proses belajar
Saya tutup tulisan ini dengan sebuah harapan: “semoga para guru dan orang tua sekarang lebih memprioritaskan, menomorsatukan keceriaan anak-anak dalam belajar di sekolah di atas nilai rapot mereka.
Salam Powerful,
Edi Susanto