Fisikawan abad ke-20 penemu relativitas, Albert Einstein mengatakan: “imajinasi lebih penting dari pengetahuan”.
Meski menurut Einstein, imajinasi lebih penting dari pengetahuan. Kita tidak perlu menandingkan keduanya, tak ada manfaatnya. Justru harus disandingkan baru menghasilkan manfaat yg besar. Sebab keduanya terhubung dan saling bersinergi. Dimana hubungannya?
Hubungan Imajinasi dengan Pengetahuan
Sebelum tahun 1903 manusia bisa terbang seperti burung adalah hal yang mustahil.Wright bersaudara memimpikan atau berimajinasi: seandainya manusia bisa terbang seperti burung bagaimana ya (penciptaan mental). Lalu keduanya mulai menciptakan alat yang bisa membuat manusia terbang, yang sekarang dikenal sebagai pesawat terbang.
Jadi
¤ imajinasi : penciptaan atau realitas mental
¤ pengetahuan : alat, cara untuk mewujudkan imajinasi
Untuk lahirnya suatu ciptaan, imajinasi mendahului pengetahuan. Sebelum terjadinya realitas fisik, realitas mental sudah terbangun terlebih dulu. Jadi, tanpa adanya imajinasi, pengetahuan tidak akan pernah lahir. Sebab pengetahuan dan teknologi diciptakan untuk mewujudkan imajinasi.
Hal yang sama berlaku di dunia seni. Michaelangelo sudah melihat sosok Daud (dalam imajinasinya) pada batu yang mau dipahatnya sebelum patung Daud itu terwujud (realisasi fisik).
Bagi imajinasi, tidak ada yang mustahil. Semua bisa diwujudkan dengan bantuan pengetahuan dan teknologi. Jika ada yang tidak masuk akal, itu artinya akalnya masih sempit, harus segera diluaskan dengan berpikir kreatif dan alternatif. Mustahil hanyalah soal waktu dan cara. Artinya jika memang waktunya sudah tiba manusia terbang (1903) dan sudah tahu caranya (dengan membuat pesawat terbang), manusia terbang tidak mustahil lagi.
Mari sekarang kita masuk ke dunia pendidikan!
Sekolah kita miskin imajinasi
Apa indikatornya?
Standarisasi dan aturan
Standarisasi sistem pendidikan memang memudahkan manajemen atau pengelolaan sekolah, namun memasung kreativitas siswa. Aturan memang menjadikan proses belajar di sekolah berjalan tertib namun menjadikan proses belajar kaku dan membosankan.
Solusinya?
Kemerdekaan belajar dalam 4 aspek
1. Objek Belajar
Biarkan siswa memilih objek yang mereka sukai dan ingin ditekuni sebagai panggilan hidupnya
2. Sumber Belajar
Bebaskan siswa untuk belajar dari sumber apa saja, tidak hanya dari satu sumber : guru
3. Cara Belajar
Jangan paksa siswa untuk mengikuti gaya mengajar guru. Sebaliknya, sesuaikan gaya mengajar guru dengan gaya belajar siswa atau guru menggunkan multy style.
4. Guru
Izinkan siswa untuk menentukan kepada siapa mereka akan berguru.
PERINGATAN !!!
Sekolah yang miskin imajinasi akan mengubur hidup-hidup kejeniusan siswanya. BAHAYA INI!
Di era informasi, dengan adanya internet, tiap detik terjadi hujan informasi dan banjir pengetahuan. Jika anak-anak kita miskin imajinasi, banjir pengetahuan itu tidak ada manfaatnya. Masih ingatkan, pengetahuan itu ada untuk mewujudkan imajinasi. Lha wong imajinasinya gak ada, mau mewujudkan apa?
Pendidikan yang Kaya Imajinasi
Seperti apa pendidikan yang kaya imajinasi? Pendidikan yang membebaskan imajinasi dari otak siswa, tidak sekedar mengisinya dengan pengetahuan
Bagaimana memulainya?
Sambil menunggu program kemerdekaan belajar kemendikbud dijalankan, lakukan 3 hal berikut:
1. Jadilah orang tua yang visioner
Dengan membebaskan anak untuk menjadi apa pun yang berguna dan melakukan apa pun asal halal dan legal.
2. Jadilah Guru yang imajinatif
Jadilah guru yang selalu menantang siswa untuk mewujudkan hal-hal yang masih mustahil sekarang.
3. Kurikulum merdeka belajar
Kurikulum yang memberikan keleluasaan kepada sekolah dan guru untuk mengeluarkan kejeniusan siswa dengan cara yang kreatif dan melakukan evaluasi belajar siswa secara holistik (multi aspek).
Peran Sentral Pendidik
Orang tua di rumah dan guru di sekolah adalah para pendidik. Peran sentral pendidik untuk masa depan harus mulai bergeser dari menjejalkan pengetahuan ke dalam otak siswa ke mengeluarkan/membebaskan imajinasi dari dalam tempurung kepala (otak) siswa. Catat itu!!!!
Salam Powerful,
Edi Susanto