Manusia adalah ciptaan Tuhan. Sedangkan robot merupakan ciptaan manusia.
Manusia dan robot memiliki karakteristik yang berbeda.
Simak perbedaannya berikut ini!
- Manusia memiliki keragaman minat (passion), bakat (potensi), dan cita-cita (impian).
Robot diciptakan dengan keseragaman untuk satu tujuan tanpa memiliki passion.
2. Manusia bebas bertindak sesuai dengan hasrat dan kehendaknya. Robot tidak bisa bertindak bebas, hanya mengikuti apa yang sudah diprogramkan kepada dirinya.
3. Kecerdasan manusia majemuk dan tak terbatas (multiple intelligence dan unlimited). Kecerdasan robot tunggal dan terbatas (artificial intelligence dan limited).
4. Manusia merespon masalah dengan berpikir sehingga akan lahir berbagai solusi alternatif. Robot hanya mampu merespon masalah sesuai dengan program yang ada di memorinya, hanya ada satu solusi.
5. Aktivitas manusia dinamis, banyak mengalami perubahan. Aktivitas robot statis dan monoton, tidak mengalami perubahan.
6. Manusia berpikir kreatif. Robot tidak berpikir, hanya bekerja secara monoton (otomatis).
Tentu sekarang Anda sudah paham dengan karakter robot bukan? Nah ternyata sistem sekolah tanpa sadar menanamkan karakter robot kepada anak-anak kita. BAHAYA INI! Jangan sampai anak-anak kita terlahir sebagai MANUSIA, setelah keluar sekolah berubah menjadi ROBOT. Mengapa? Karena karakter manusianya mati berganti karakter robot. Serem ya?!!!
Apa saja sistem sekolah yang menjadikan anak kita berkarakter robot?
Cermati 5 hal berikut!
- Penyeragaman Pelajaran
Setiap anak membutuhkan pelajaran yang berbeda sesuai dengan minat dan bakatnya. Mengharuskan anak untuk menguasai semua pelajaran akan melahirkan robot dengan kemampuan yang seragam. - Penyeragaman Evaluasi
Jika pelajaran berbeda maka evaluasinya juga bebeda dong. Penyeragaman evaluasi kinerja hanya pas untuk robot yang diproduksi massal bukan untuk anak yang dilahirkan dengan keunikannya masing-masing. - Rankingisasi
Setiap anak itu unik dengan potensi yang berbeda. Setiap anak itu tiada bandingnya sehingga membandingkan hanya pas untuk robot yang dibuat seragam. - Menjejalkan Pengetahuan
Setiap anak sudah memiliki kecerdasan sejak lahir, tinggal diaktualkan dengan mengajaknya untuk berpikir. Hanya robot yang ke dalam chipnya harus dijejalkan berbagai pengetahuan untuk memprogramnya. - Status Quo
Zaman terus berubah, permasalahan juga berubah. Sayangya, pelajaran-pelajaran lama yang sudah tidak relevan masih diberikan. Pelajaran-pelajaran baru yang dibutuhkan justru tidak diberikan. Paradigma pendidikan lama (siswa sebagai gelas kosong yang harus dijejali dengan banyak pengetahuan) masih dipakai, paradigma pendidikan baru (siswa sebagai sumur ide/gagasan yang harus dibor) tidak diterapkan. Akhirnya, anak kita lulus, meninggalkan sekolah dan menjadi robot yang telah using alias kadaluwarsa. Sungguh menyedihkan!
STANDARISASI SEKOLAH PERLUKAH?
Standarisasi dan penyeragaman sistem pendidikan memang diperlukan untuk memudahkan manajemen penyelenggaraan sekolah.
Standarisasi yang dibutuhkan adalah konteks (wadahnya) bukan konten (isinya). Soal konten biarkan tiap sekolah menetapkan standarisasi pelajaran dan evaluasi/ujian sendiri sesuai dengan kebutuhan dan tantangan di daerahnya sendiri, sesuai dengan kreativitas para gurunya.
- Apa saja yang termasuk konteks?
¤ Manajerial institusi sekolah
¤ Atribut: seragam, ruang kelas, laboratorium dan fasilitas sekolah lainnya
¤ Fasilitas sekolah: fisik dan non fisik - Apa saja yang termasuk konten
¤ Pelajaran
¤ Ujian/evaluasi
¤ Metode belajar mengajar
Nah, semoga dengan membaca tulisan singkat ini kita sebagai guru dan orang tua berhenti menjadikan anak-anak kita sebagai robot dan mulai mendidik mereka sepenuhnya sebagai manusia yang merdeka.
Salam Powerful,
Edi Susanto