Dunia pendidikan harus berubah, bertransformasi mengikuti perubahan zaman dan tantangan masa depan. Mengapa? Sebab pendidikan ditujukan untuk membangun karakter agung dan mengembangkan kompetensi unggul. Pendidikan memegang peranan vital dalam meningkatkan kapasitas diri (kemampuan menyelesaikan masalah) peserta didik secara kontinyu.
Apakah pendidikan mampu menjawab persoalan hidup dari masa ke masa? Jawabannya : “Tidak”, jika dunia pendidikan tidak berubah alias menjadi status quo. “Ya”, jika dunia pendidikan mampu bertransformasi, berubah dan beradaptasi.
Ada 3 bentuk transformasi yang saya usulkan agar diberlakukan di dunia pendidikan kita, khususnya sekolah yaitu dari hafalan menuju ke logika berlanjut ke imajinasi. Mari kita simak penjelasan ringkasnya!
- Hafalan
Pendidikan bermula dari mengakumulasikan pengetahuan. Buktinya adalah: fakta-fakta penting baik dalam pelajaran sejarah maupun IPA dijadikan sebagai bahan ujian. Siapa yang mampu menghafal dengan baik akan lulus ujian dan menjadi siswa yang pandai.
Padahal era hafalan ini sudah kadaluwarsa dengan adanya gogle. Sebab kita bisa menemukan banyak sekali pengetahuan di gogle.
Lebih penting dan betmanfaat dari menghafal fakta sejarah adalah bagaimana siswa mampu berpikir mengambil hikmah dari setiap peristiwa penting dalam sejarah. Biarkan waktu, tempat dan tokoh tersimpan di ensiklopedi atau memory card yang bisa dibuka atau diakses kapan saja dengan mudah saat dibutuhkan.
Lagi pula hal-hal penting yang sering kita ucapkan dan lakukan akan hafal dengan sendirinya (otomatis). Misalnya: bacaan sholat, doa sehari-hari, alamat rumah, nomor pin atm dan nomor rekening bank.
- Logika
Pendidikan yang lebih maju bergerak dari mengumpulkan pengetahuan ke menggunakan pengetahuan lalu mengaplikasikannya untuk menciptakan teknologi, menyusun metode dan menciptakan berbagai alat bantu yang menjadikan hidup lebih mudah, cepat dan menyenangkan untuk dijalani.
Singkatnya, pendidikan harus mampu membuat anak didik untuk mengaplikasikan pengetahuan bukan menghafalkan pengetahuan. Sebab dari pengaplikasian pengetahuan akan melahirkan manajemen dan teknologi untuk memenuhi kebutuhan dan mengatasi persoalan hidup.
Jadi, peran guru adalah mendorong siswa agar menggunakan otak mereka untuk berpikir bagaimana mengaplikasikan pengetahuan bukan untuk menghafalkannya. Buat apa kita menciptakan teknologi penyimpanan pengetahuan (flashdisk, memory card dan chip) kalau masih membebani memori anak kita dengan tumpukan pengetahuan yang belum tentu masih relevan untuk masa depan mereka?
- Imajinasi
Transformasi ke-3 ini ditujukan untuk sekolah masa depan. Peserta didik yang sudah berkembang baik logikanya pada transformasi ke-2 mulai dilatih untuk mengembangkan imajinasinya. Mengapa? Sebab imajinasi tanpa batas, pengetahuan terbatas. Imajinasi menciptakan pengetahuan.
Jika dengan logika, siswa didorong untuk mengaplikasikan pengetahuan yg banyak tersimpan di perpustakaan dan gogle, maka pada transformasi ke-3 siswa dipicu untuk berkreasi melahirkan ide, gagasan dan konsep-konsep inovatif. Mengapa hal ini sangat penting di masa depan mereka? Sebab kreativitas mereka mampu melahirkan berbagai solusi alternatif untuk menyelesaikan persoalan hidup yang kian kompleks.
Berbeda dengan logika yang merupakan fungsi dari otak kiri dengan sifat : runtut, sistematis, menganalisa lalu menilai. Imajinasi merupakan fungsi otak kanan yang memiliki sifat : acak, emosional dan mencipta. Keduanya, baik logika maupun imajinasi perlu disandingkan bukan ditandingkan. Mulailah dengan imajinasi (penciptaan ide, konsep) lalu sempurnakan dengan logika (menciptakan metode dan teknik). Itulah peran pendidikan dan sekolah di masa depan.
MARI INGAT KEMBALI !
Sekolah masa depan harus terus bertranformasi dalam 3 fase berikut ini:
1. Pengumpulan pengetahuan: memory
2. Penggunaan pengetahuan: logika
3. Penciptaan pengetahuan: imajinasi
Salam Powerful,
Edi Susanto